
Membangun Kesadaran Generasi Muda terhadap Pangan Lokal dan Pola Makan Sehat melalui Suluh Sehat
Mengapa Suluh Sehat Diperlukan?
Gaya hidup modern telah mengubah pola konsumsi masyarakat, terutama di kalangan remaja. Makanan cepat saji dan ultra processed food menjadi pilihan utama, menggeser pangan lokal yang lebih sehat. Tren ini berdampak buruk pada kesehatan generasi muda, dengan meningkatnya kasus obesitas, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya. Tidak hanya itu, rendahnya literasi tentang gizi seimbang dan pangan lokal memperburuk kondisi ini.
Data Riset Kesehatan Dasar (2018) menunjukkan bahwa lebih dari 95% remaja Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Selain itu, penelitian United Nations World Food Programme (2022) menemukan bahwa hanya 57% remaja yang mengonsumsi setengah hingga satu porsi buah per hari, jauh dari rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan yang menyarankan lima porsi per hari. Kurangnya pemahaman ini turut berkontribusi terhadap pemborosan makanan yang berdampak pada lingkungan dan ekonomi.
Melihat urgensi masalah ini, Yayasan Flores Bumi Lestari, melalui program Suluh Sehat hadir sebagai upaya edukasi bagi generasi muda untuk memahami pentingnya memilih makanan sehat, mengelola makanan dengan bijak, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Pelaksanaan Suluh Sehat
Suluh Sehat diselenggarakan di tiga sekolah berbeda pada 9, 10, dan 12 Oktober 2024 dengan total peserta mencapai 195 siswa. Program ini mengangkat tiga tema utama:
- Pengenalan Pangan Lokal dan Ketahanan Pangan
- Narasumber: Ibu Agustina Mei (Kabid Keamanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Ende)
- Lokasi: SMK Syuradikara (9 Oktober 2024)
- Fokum diskusi: Berbagai jenis pangan lokal yang mulai terlupakan, seperti sorghum, jewawut, dan jali.
- Pentingnya Pola Makan Beragam, Bergizi, Sehat, dan Aman (B2SA) bagi Remaja
- Narasumber: Ismi Ariniawati (Flores Bumi Lestari) & Fiifiani Anjelina Natti (PERSAGI Kabupaten Ende)
- Lokasi: SMK Muktyaca (10 Oktober 2024)
- Temuan menarik: Mayoritas peserta menyebutkan makanan favorit mereka adalah jajanan kekinian yang tidak sehat, seperti makanan tinggi gula dan natrium.
- Edukasi Food Waste pada Remaja
- Narasumber: Suster Maria Sunarni (Suster Biara FCJ)
- Lokasi: SMK Karsa Mandiri (12 Oktober 2024)
- Temuan utama: Sebagian besar peserta tidak menyadari bahwa sampah makanan berkontribusi terhadap krisis iklim, dan budaya berbagi makanan berlebih belum menjadi kebiasaan.
Temuan dan Tantangan
- Minat terhadap Pangan Lokal: Sebagian besar peserta mampu menyebutkan beberapa jenis pangan lokal, tetapi banyak yang tidak mengenal bahan pangan tradisional seperti sorgum dan jali.
- Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji: Meskipun menyadari bahwa jajanan kekinian kurang sehat, peserta tetap mengkonsumsinya karena faktor rasa dan tren.
- Minimnya Akses ke Makanan Sehat: Dua dari tiga sekolah mengeluhkan sulitnya mendapatkan jajanan sehat di kantin sekolah.
- Food Waste dan Dampak Lingkungan: Sebagian besar peserta belum memahami hubungan antara food waste dan perubahan iklim.
- Mitos dan Fakta tentang Pangan Lokal: Muncul pertanyaan mengenai mitos bahwa mengkonsumsi pisang atau ubi sebelum nasi dapat menyebabkan asam lambung, yang kemudian dibantah oleh narasumber.
Kegiatan Suluh Sehat baru pertama kali dilakukan di tiga sekolah ini, sehingga pihak sekolah merasa ada banyak manfaat yang diperoleh dan akan memasukan Program Suluh Sehat sebagai bagian dari GSS (Gerakan Sekolah Sehat). Melalui Suluh Sehat ini semakin terbuka wawasan dan pengetahuan remaja di tiga sekolah ini. Hal lain yang disoroti oleh guru pendamping maupun anak remaja adalah Kantin sekolah yang selama ini juga menyediakan junk food dan minuman bersoda, minuman berenergi dan minuman kemasan tinggi gula. Harapan kedepannya, kantin sekolah bisa menyediakan aneka pangan lokal Ende yang sehat dan bergizi serta aman dikonsumsi. Agar tidak terjadi food waste, anak-anak bisa saling berbagi makanan di sekolah.
Dalam Suluh Sehat ini Yayasan Flores Bumi lestari juga menilai tingkat pemahaman peserta terhadap materi Suluh Sehat yang diberikan. Penilaian ini melalui pre test dan post test yang yang hasilnya, Di SMK Syuradikara: Peningkatan pengetahuan sebesar 58%, SMK Muktyaca: Peningkatan sebesar 88% dan SMK Karsa Mandiri: Peningkatan sebesar 72%
Selain peningkatan literasi gizi dan pangan lokal, melalui kegiatan ini Yayasan Flores Bumi Lestari membangun kolaborasi multisektor dengan berbagai lembaga antara lain Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan (PERSAGI), Suster FCJ, RRI Ende, serta sekolah-sekolah peserta.
Tindak Lanjut dan Rencana ke Depan
Program Suluh Sehat juga membuka peluang bagi diskusi lebih lanjut dengan pemerintah daerah. Salah satu hasil positif dari kegiatan ini adalah dukungan dari media lokal untuk mengupayakan audiensi dengan Pj Bupati Ende terkait rencana Festival Pangan Lokal yang dijadwalkan berlangsung pada bulan November.
Suluh Sehat telah menjadi langkah awal yang berdampak bagi peningkatan kesadaran remaja tentang pangan lokal dan gizi seimbang. Dengan meningkatnya pemahaman peserta serta adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan program serupa dapat diperluas dan terus berlanjut. Pendidikan pangan lokal dan gizi tidak hanya penting untuk kesehatan generasi muda, tetapi juga untuk keberlanjutan budaya dan lingkungan.